Lain-lain
Tersirat dalam Suratan: #MenulisdiMACAN
Mari bergabung bersama Museum MACAN dan para penyair dalam mengungkapkan rasa lewat untaian kata. Tulis, utarakan dan dengarkan emosi yang bertaut seiring kita menyusuri pameran Chiharu Shiota.
04.03.2023
Tentang Program
Chiharu Shiota bukan saja mengekspresikan emosi dan pengalaman pribadinya, namun juga menerima inspirasi dari bentuk seni lainnya, termasuk puisi melalui karya-karyanya. Melalui karya-karya instalasinya, The Soul Trembles membuka lingkungan yang kondusif bagi pengunjung untuk merespon dan mengekspresikan diri.
Between the Lines (Tersurat dalam Suratan) mengundang teman dan keluarga, serta penulis atau penyair untuk berakhir pekan dan berjalan-jalan di pameran. Selama program berlangsung, kami akan menyediakan tur bagi para peserta, dan pembacaan puisi dari para pengirim atau pun penyair tamu, dibalut dengan sesi akhir open mic yang terbuka untuk semua orang.
Museum MACAN mengundang partisipasi publik lewat dua jalur submisi. Jalur submisi pertama mengajak publik untuk menulis puisi berdasarkan salah satu dari tujuh area instalasi karya yang dipamerkan sebelum mereka berkunjung ke museum. Dalam sesi kunjungan, mereka dapat membacakan puisi ini secara langsung di depan karya yang telah dipilih. Jalur submisi kedua mengajak publik untuk bergabung sebagai penonton dan menuliskan karya mereka pada sesi kunjungan tur dan pembacaan puisi. Di akhir sesi, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk berbagi dalam sesi open mic pada hari Sabtu, 4 Maret 2023 pukul 13.00–16.00 WIB.
Panggilan Terbuka
Ungkapkan rasa lewat untaian kata dalam sebuah puisi — tulis, utarakan dan dengarkan emosi yang bertaut seiring kita menyusuri pameran Chiharu Shiota!
Setiap pendaftar akan mendapatkan 1 (satu) tiket museum secara cuma-cuma untuk datang dan mencari inspirasi dalam menuliskan karya puisi original mereka. Klik tombol di bawah untuk mendaftarkan diri!
Informasi terbaru:
Sehubungan dengan kuota peserta sesi #MenulisdiMACAN: Tersirat dalam Suratan yang telah memenuhi batas jumlah maksimal, maka periode pendaftaran telah kami tutup demi menjamin kenyamanan dan kelancaran sesi.
Terima kasih banyak atas apresiasi dan antusiasmenya terhadap sesi ini. Meski panggilan kepada para pujangga telah ditutup, teman-teman tetap bisa datang untuk menikmati sesi Panggung Terbuka (open mic) sebagai penonton.
Tanggal Penting
- Periode Pendaftaran: 20–28 Februari 2023 (telah ditutup);
- Sesi Open Mic: 4 Maret 2023 pukul 13.00–16.00 WIB
Para Penyair
Azarine Kyla Arinta
Azarine Kyla Arinta, juga dikenal sebagai Chos, adalah seorang penyair amatir yang senang menuangkan isi hatinya ke dalam tulisan dan menarik inspirasi untuk puisi dari dunia yang ia hidupi. Chos ingin menerjemahkan emosi manusia melalui puisi yang ia tulis, merangkai kisah hidup, cinta, patah hati, kegembiraan, dan tragedi.
Ia pertama terjun ke dunia puisi saat bekerja untuk British Council, di mana dia mengoordinasikan acara puisi dengan toko buku independen di Jakarta, POST, dan Neu! Reekie! Kolektif sastra dan rumah produksi seni yang berbasis di Edinburgh. Ia pertama kali membacakan puisinya pada acara Sastra Santai x Unmasked Open Mic Proud Poetry Night di Bar Gina, dan kemudian bergabung dengan komunitas spoken word berbasis di Bali, Unspoken Poetry Slam, untuk Southeast Asia Queer Cultural Festival, di mana ia membawakan karya orisinalnya tentang pengalamannya sebagai queer di Indonesia.
Candra Hayu & Bageur Al Ikhsan
Hayu dan Bageur adalah dua entitas terpisah yang sepenuhnya berbeda. Keduanya dipersatukan oleh kecintaan mereka pada tulisan—menikmati maupun menciptakan. Mereka menganggap menulis adalah proses untuk memahami selaksa diri: menemukan, melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi atas tiap-tiap perjalanan yang telah dilalui.
Mulanya, Hayu dan Bageur membawakan puisi mereka masing-masing secara terpisah sejak 2019. Mulai 2022 mereka tampil bersama sebagai pasangan duet dari panggung ke panggung. Sejumlah panggung yang menampilkan mereka meliputi pembukaann EveryThey Coffee, #RightsFest Amnesty International Indonesia, dan Festival Seni Rasasatra, rangkaian acara dari Ubud Writers & Readers Festival.
Doni Marmer
Doni Marmer adalah penyair dan perintis ‘Unspoken’, platform poetry-slam pertama di Bali. Sejak 2018, ia telah menjamu lebih dari 12 penyair Bali berbakat untuk unjuk diri dan berbicara soal topik-topik yang tidak diulas (atau tabu) di Indonesia, mulai dari perjuangan melawan homophobia, ketidakadilan politis, perusakan alam, dan kekerasan dalam rumah tangga. Ia menemukan kepercayaan diri untuk tampil di panggung di Bali sejak menjuarai poetry slam di ajang Ubud Writers & Readers Festival pada 2015.
Sejak berpindah ke Jakarta baru-baru ini, Doni sedang menggarap lahan untuk kreativitasnya bertumbuh dan berkembang secara perlahan, menumbuhkan pola pikir yang melawan arus hiruk-pikuk kota ini. Tulisan-tulisan Doni pada umumnya berkisar pada kritik sosial yang cenderung satir dan sinis, namun menyenangkan untuk ditampilkan dan dibacakan oleh sesama.